Kamis, 28 Desember 2017

Kontribusiku untuk Agama, Bangsa, dan Negara di Masa yang Akan Datang

Saya merupakan mahasiswi Universitas Tanjungpura angkatan 2014 dengan spesialisasi prodi Ilmu Keperawatan. Dilahirkan dan dibesarkan dari keluarga dengan latar belakang sederhana tidak menyurutkan niat saya untuk bermimpi. Sejak kecil, saya telah dididik untuk bekerja keras dan menghargai setiap usaha karena biaya pendidikan akademik yang saya tempuh berdasarkan hasil banting tulang kedua orang tua saya. Dalam menjalani proses pendidikan, saya selalu berusaha memberikan yang terbaik, setidaknya melalui prestasi setiap semester yang membuat orang tua saya tersenyum bangga bahwasanya hasil kerja keras mereka tidak sia-sia. Proses dan pengalaman inilah yang secara tidak langsung memotivasi saya untuk memberikan pengaruh besar di masa  depan melalui dunia kesehatan, terutama keperawatan. Pada awalnya saya merasa bingung bagaimana orang biasa seperti saya dapat berkontribusi bagi agama, bangsa, dan Negara Indonesia, sedangkan di luar sana begitu banyak orang-orang hebat yang hanya  mementingkan diri sendiri. Akan tetapi, saya menyadari bahwa pendidikan yang saya enyam menuntut saya untuk berperan bagi kemajuan peradaban.
Setiap orang bertumpu pada jalur kehidupannya masing-masing. Saya merupakan satu di antara anak bangsa yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan kelak akan berupaya berkontribusi bagi agama, bangsa, dan Negara tercinta sesuai  praktik keperawatan profesional. Semenjak memasuki stase praktik komprehensif rumah sakit, saya disuguhi dengan berbagai paradigma dan problematika manusia sebagai mahluk yang unik dengan beragam karakter. Seringkali pasien di rumah sakit hanya mengagungkan tenaga medis dan kesehatan dalam proses penyembuhan, tanpa menyadari bahwa kekuatan terbesar berasal dari Tuhan. Padahal, keseimbangan tubuh individu tidak hanya secara fisik, namun juga secara mental. Sehingga, tak jarang individu yang terlihat sehat secara biologis tetapi dinyatakan sakit  kondisi jiwanya. Meningkatnya permasalahan kesehatan mental di kalangan masyarakat karena tekanan hidup yang semakin marak seiring dengan perkembangan zaman tanpa diiringi pemahaman spiritual.
Buruknya stigma masyarakat bagi kesakitan jiwa  berakibat kesenjangan kesejahteraan hidup bagi penderita gangguan jiwa. Dampak yang ditimbulkan, seperti meningkatnya angka pengangguran dikarenakan mereka tidak mampu hidup secara mandiri, sehingga menambah beban masyarakat dan Negara. Bahkan, mantan penderita gangguan jiwa sering tidak memperoleh dukungan dari keluarga dan masyarakat, akan tetapi mendapatkan perlakuan diskriminatif yang menimbulkan tekanan dan kekambuhan, serta memperparah kondisi mereka. Berdasarkan problematika di atas, saya ingin mengangkat sebuah gagasan mental health center berbasis lingkungan yang berfungsi sebagai langkah preventif dan rehabilitatif bagi individu beresiko mengalami gangguan jiwa maupun mantan penderita gangguan jiwa. Alasan digunakan lingkungan dalam program ini agar mereka dapat hidup dan tinggal secara normal tanpa harus dikucilkan. Program ini bertujuan untuk membina spiritualitas, sosial, dan pemberdayaan ekonomi.

Dalam pelaksanaannya, perlu dilakukan pembinaan mental secara spiritual sesuai kepercayaan yang dianutnya untuk mencegah kejadian maupun kekambuhan gangguan jiwa. Pemahaman agama dan keyakinan yang baik dapat memperbaiki tingkat stress, membantu menemukan jati diri, dan tujuan hidup, sehingga memotivasi untuk kembali sehat. Selain itu, mereka juga dilatih dalam menjalin hubungan sosial yang baik untuk mencegah abnormalitas pola pikir dan kehidupan sosial. Sedangkan dari segi ekonomi, mereka akan difasilitasi untuk melakukan kegiatan bernilai ekonomi, seperti membuat kerajinan tangan khas Kalbar, dan sebagainya melalui terapi aktivitas kelompok yang memberi efek dalam melatih kesabaran. Diharapkan melalui program ini, orang dengan gangguan jiwa maupun individu rentan dapat hidup mandiri dan tidak dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Dengan demikian, stigma dan diskriminasi pada kesakitan jiwa yang beredar di masyarakat akan berkurang, bahkan hilang, meningkatnya kesadaran untuk menjaga kesehatan rohani melalui kedekatan terhadap Tuhan dan menjalankan ajaran agama yang dianut, serta kesejahteraan masyarakat akan meningkat yang berdampak pada berkurangnya beban masyarakat, bangsa, dan Negara. 

Rabu, 27 Desember 2017

Jenis Kepemimpinan Otoriter

Satu diantara tipologi kepemimpinan berdasarkan teori tingkah laku, yaitu otoriter. Kepemimpinan otoriter lebih berorientasi pada tugas dan pendapatnya sendiri dalam menentukan kebijakan, serta tidak memberikan kesempatan kepada staf untuk berargumentasi. Adapun ciri-ciri gaya pemimpin otoriter, yaitu :
1.     Wewenang mutlak terpusat kepada pimpinan.
2.     Keputusan dan kebijakan selalu dibuat oleh pimpinan.
3.     Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada staf.
4.     Pengawasan terhadap staf dilakukan secara ketat.
5.     Prakarsa harus berasal dari pimpinan.
6.     Staf tidak memiliki kesempatan untuk berargumentasi.
7.     Tugas bagi staf diberikan secara instruktif.
8.     Lebih banyak kritik daripada pujian.
9.     Pimpinan menuntut prestasi sempurna dan kesetiaan mutlak tanpa syarat.
10.  Kepemimpinan cenderung bersifat memaksa, kaku, dan kasar.
11.  Keberhasilan organisasi merupakan tanggungjawab pimpinan.
Staf umumnya memandang gaya otoriter sebagai orang yang kuat atau bos dan wajib melaksanakan perintahnya agar tidak mendapatkan sanksi. Pemimpin otoriter meyakini kesuksesan lembaga yang dipimpinnya sangat bergantung kepada dirinya, sedangkan staf hanya sebagai pelaksana. Sehingga, staf tidak perlu berpartisipasi dalam perencanaan program kerja dan pengambilan kebijakan. Pola kepemimpinan otoriter berjalan efektif ketika pemimpin harus banyak mengambil keputusan tegas dalam menghadapi berbagai masalah. Gaya kepemimpinan otoriter dibagi menjadi tiga, yakni :
1.     Otokratis keras
Otokratis keras bersifat memegang teguh prinsip yang telah ditetapkan, tidak mau mendelegasikan wewenang, dan tidak menyenangi saran dari staf.
2.     Otokratis baik (lembut)
Otokratis baik bersifat adanya beban untuk bertanggungjawab dan baik terhadap staf.
3.     Otokratis inkompeten
Otokratis inkompeten memiliki sifat berusaha mendominasi, berkuasa mutlak, tidak imbang jiwanya, tingkah lakunya tergangtung emosi sesaat, dan memaksa staf mematuhi semua perintahnya tanpa mempertimbangkan kemampuan bawahan.

Referensi : Muflihin, M. H. (2008, April). Kepemimpinan Pendidikan : Tinjauan terhadap Teori Sifat dan Tingkah-laku. Insania, 13(1), 67-86.

Selasa, 26 Desember 2017

Siapkah Untuk Jatuh Cinta?

Bismillahirrahmanirrahim

Cinta… hadir tanpa pernah diundang. Lantas, apa yang salah dari cinta? Bukankah hal yang fitrah bagi setiap insan. Duh, temanya cinta lagi? Jadi gimana dong? Jika tidak sering diingatkan, malah kelupaan. Trus, apa nggak boleh jatuh cinta? Yuk kita bahas.
“Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra)
Cinta merupakan satu di antara tema yang tak lekang dimakan zaman. Tatkala rasa cinta mulai tumbuh pada muda mudi, maka hanya ada dua pilihan, yaitu halalkan (menikah) atau lupakan. Cinta ibarat dua sisi mata pedang, yang satu sisinya adalah berkah, sedangkan sisi lainnya ialah fitnah, sehingga cinta memerlukan kesiapan dan persiapan. So, sudah siapkah untuk jatuh cinta?
Cinta yang sesungguhnya akan tercermin dalam perbuatan, bukan sekedar perkataan. Kalimat ini kerap disalahartikan oleh sebagian muda mudi yang dimabuk kasmaran. Dilema masa kini, kebanyakan cinta diagungkan dan pelanggaran dianggap suatu kewajaran. Katanya sebagai bukti cinta, padahal jelas merusak hakikat cinta sesungguhnya.
Cinta sering diorientasikan melalui romantika sepasang kekasih. Cinta memang butuh pembuktian, namun melalui sebuah deklarasi yang telah diperintahkan oleh Allah, yaitu akad. Maka dengan itu, pacaran yang haram akan menjadi halal, justru menjadi jembatan menuju ridho Allah. Adakalanya cinta yang halal menjadi pengikat dari keingkaran akan nikmat-Nya.
“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tiada putus-putusnya.”
Nah, kini kembali pada diri kita, apakah akan bersabar dengan memuliakan diri untuk tidak pacaran dan menjaga kesucian? Atau tega merendahkan dan menghinakan diri dengan pacaran dan terjerat dalam kemaksiatan? Setiap orang yang beriman, tentu akan memilih bersabar atas dasar cinta terbesar kepada Rabbnya.
Betapa Islam begitu indah, memuliakan perasaan cinta. Semua akan indah pada waktunya, ungkapan bijak yang memang demikian adanya. Pacaran setelah nikah itu indah karena leluasa untuk mengekspresikan cinta. So, sudah siap jatuh cinta?

Lydia Yuniarsih (KKIA_FULDFK)

Keajaiban Murottal Qur'an bagi Kesehatan



Bismillahirrahmanirrahim.
Alquran adalah kitab suci agama Islam yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dan diyakini kebenarannya oleh umat muslim. Apabila membaca atau mendengarkan Alquran, maka dapat bernilai ibadah. Seni membaca Alquran atau tilawatil Quran merupakan memperindah bacaan Alquran yang bertajwid (hukum-hukum bacaan) dengan irama oleh seorang qori’. Menurut Anwar (2008), Al-Murottal merupakan kumpulan rekaman bacaan ayat-ayat Alquran dalam pita suara dengan memperhatikan tajwid, menjaga keluarnya huruf-huruf, dan waqaf (tanda berhenti) sebagai upaya untuk menguatkan (tahqiq) kelestarian Alquran, serta menyebarkan Alquran (Nirwana 2014). Alquran memiliki berbagai faedah, termasuk bagi kesehatan sesuai yang ada pada Quran Surah Al-Isra ayat 82, yaitu :
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌوَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلاَ يَزِيْدُ الظَّالِمِيْنَ إِلاَّخَسَارًا
Artinya : “Dan Kami turunkan dari al-Quran suatu yang menjadi obat (penawar) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS 17: 82).
Lantunan Alquran secara fisik mengandung unsur suara manusia sebagai instrumen penyembuhan yang menakjubkan dan terjangkau. Suara dapat menurunkan hormon stres, mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan rileks, mengalihkan rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh, sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak (Heru 2008). Alquran merupakan bentuk terapi kecemasan pada lansia. Terapi murottal membantu otak dalam memproduksi zat kimia, yakni neuropeptide yang dapat menguatkan reseptor tubuh dan memberikan umpan balik berupa kenikmatan dan kenyamanan (Indrajati, 2013; Sholikah 2014). Manfaat dari murottal menurut Siswatinah (2011) dalam Indrajati (2013) untuk mendapatkan ketenangan jiwa sesuai Quran Surah Al-A’raf ayat 203 – 204, yakni :
وَإِذَا لَمْ تَأْتِهِم بِـَٔايَةٍ قَالُوا۟ لَوْلَا ٱجْتَبَيْتَهَا ۚ قُلْ إِنَّمَآ أَتَّبِعُ مَا يُوحَىٰٓ إِلَىَّ مِن رَّبِّى ۚ هَٰذَا بَصَآئِرُ مِن رَّبِّكُمْ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
وَإِذَا قُرِئَ ٱلْقُرْءَانُ فَٱسْتَمِعُوا۟ لَهُۥ وَأَنصِتُوا۟ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Artinya : “Dan apabila kamu tidak membawa suatu ayat Al Quran kepada mereka, mereka berkata: "Mengapa tidak kamu buat sendiri ayat itu?" Katakanlah: "Sesungguhnya aku hanya mengikut apa yang diwahyukan dari Tuhanku kepadaku. Al Quran ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat." (QS 7 : 203-204).
Hasil penelitian Uprianingsih (2013) membuktikan bahwa ada penurunan tingkat depresi pada lansia dengan memperdengarkan murottal surah Al-Baqarah (Sholikah 2014). Dalam penelitian lain, Upoyo, Ropi, dan Sitoru (2012) membuktikan bahwa adanya peningkatan nilai GCS pada pasien stroke iskemik melalui pemberian terapi murottal Alquran dengan durasi 30 menit selama 3 hari berturut-turut (Sholikah 2014). Ahmad Al Qadhi, direktur utama Islamic Medicine Institute for Education and Research di Florida, USA dalam Remolda dan Faradisi (2009) pada konferensi tahunan ke XVII Ikatan Dokter Amerika mengungkapkan bahwa mendengarkan bacaan Alquran mempengaruhi arus listrik di otot, sirkulasi darah, detak jantung, dan kadar darah di kulit, sehingga mereksasi atau menurunkan ketegangan saraf dalam mendilatasi (melebarkan) pembuluh darah dan perfusi darah, serta menurunkan frekuensi detak jantung (Pratiwi, Hasneli, and Ernawati 2015).
Dengan demikian, hendaklah kita memperbanyak membaca dan memaknai Alquran karena terdapat banyak keutamaan dan faedah, seperti meningkatkan derajat kesehatan.
Wallahu a’lam bishawab.
Daftar Pustaka
Heru, Basuki S. A. M. 2008. Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Nirwana. 2014. Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an Terhadap Perubahan Tingkat Kecemasan Pasien Diabetes Mellitus Di RSUD Labuang Baji Makassar. Makasar.
Pratiwi, Laras, Yesi Hasneli, and Juniar Ernawati. 2015. “Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Dan Murottal Al-Qur’an Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Primer.” JOM 2(2): 1212–20.
Sholikah, Siti. 2014. “Pengaruh Pemberian Terapi Mendengarkan Ayat-Ayat Alqur’an Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan Kecamatan Babat Lamongan.” Surya 4(XX): 1–7.

Lydia Yuniarsih
Departemen KKIA FULDFK
Lihat juga informasi lainnya disini

Literature Review : Pengaruh Terapi Palliative Care pada Pasien Kanker

Lydia Yuniarsih
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura
lydiayuniarsih21@gmail.com
Abstrak
Kanker merupakan pertumbuhan sel abnormal yang cepat, tidak terkendali, infiltrasi, metastase, dan bersifat mematikan. Hingga kini, kanker masih penyebab utama mortalitas secara global. Berdasarkan analisa 5 literatur dan 2 tambahan referensi di dapatkan pengaruhi terapi palliative care pada pasien kanker. Masalah pada pasien kanker bersifat kompleks, meliputi fisik, psikososial, dan spiritual, terutama pada kanker stadium lanjut atau pasien terminal. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang tidak hanya bersifat kuratif, namun bersifat holistik, di antaranya melalui palliative care. Palliative care bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup klien dan keluarga, mengurangi nyeri dan persiapan kematian bagi klien yang dilakukan oleh tim multidisiplin dengan melibatkan keluarga. Terapi ini hendaknya diberikan sejak awal perjalanan penyakit bersamaan dengan terapi lainnya. Pendekatan berdasarkan pengetahuan, keterampilan, dan kesejateraan dalam memberikan perawatan secara efektif dengan standarisasi evaluasi praktik yang mencakup integrasi kesehatan mental.

Kata Kunci: kanker, kualitas hidup, palliative care

Selengkapnya klik disini

Kaos Kaki Jempol Tapak Hitam

Kaos Kaki Jempol _____________________________________________________ Bahan lembut, lentur, nyaman di kaki dan telapak hitam, jadi tidak mu...