Kisah bermula saat ada dua orang pelaut yang
hidup pada dua daerah yang berbeda, yaitu Ardi dan Beni.
Ardi
adalah pelaut yang hidup pada sebuah pulau tepian pantai yang tenang. Setiap
hari menikmati hembusan angin laut yang menenangkan hati. Ketika melaut pun,
tak pernah mengalami kesulitan yang berarti. Air laut yang tenang, tanpa ada
ombak besar dan angin yang menakutkan.
Disisi lain, Beni mengalami nasib yang bertolak
belakang dengan Ardi. Hampir setiap hari ia harus berlayar di tengah badai
menerpa. Ombak yang menakutkan dan angin rebut yang mencekam telah menjadi
teman akrabnya dalam mengais rezeki demi sesuap nasi. Ia harus berjuang
mengalami rintangan itu untuk menafkahi keluarganya..
Jika ditanya, siapakah diantara kedua pelaut itu
yang lebih tangguh? Tentu kita akan sependapat menjawab Beni. Mengapa? Karena
rintangan itu tak mungkin dilalui oleh seorang pelaut yang tidak tangguh.
Sedangkan Ardi terbiasa dengan ketenangannya, belum tentu terbiasa dengan
rintangan di laut.
Ombak, badai, dan angin ribut merupakan
kesulitan. Dan kesulitan itulah yang dianggap sebagai masalah. Namun ternyata,
masalah dapat mendidik jiwa kita untuk lebih tangguh. Kesulitan bagaikan sebuah
seleksi alam, yang tidak bisa, akan tertinggal. Dengan kata lain, kita juga
membutuhkan masalah untuk menjadi lebih baik.
Jika kita mengidolakan seorang tokoh besar yang
sukses, maka jangan lihat pada hasil akhir takdir orang tersebut. Namun
lihatlah proses kesukaran yang telah dilaluinya. Karena kesulitan yang dihadapi
akan sejalan dengan kesuksesan yang diterima. Menjadi orang besar memang tampak
nikmat, namun semakin besar diri seseorang, semakin besar pula masalah yang
akan dihadapinya dalam kehidupan.
Untuk itu, jadilah pribadi yang tangguh dengan
bersahabat bersama masalah! Jangan terlalu lama menikmati air laut yang tenang
karena sungguh akan membuat kita terlena sehingga pada saatnya jatuh, kita
dapat jauh lebih terpuruk.